Kita tentu mengetahui
bahwa masyarakat Indonesia terkenal dengan keramahan dan gotong royongnya.
Tidak dapat di pungkiri pernyataan tersebut diatas memang benar. Bahkan
masyarakat mancanegara yang pernah singgah di Indonesiapun mengatakan hal yang
sedemikian.
Seperti yang telah
digambarkan dalam sebuah peribahasa “berat sama di pikul, ringan sama
dijinjing” yang memiliki arti bahwa masyarakat Indonesia memiliki anggapan
bahwa jika pekerjaan di kerjakan bersama maka tidak akan menimbulkan rasa
lelah, begitu juga jika berbagi kesedihan dan kesenangan bersama maka tidak
akan menimbulkan rasa iri dan dengki.
Pengaplikasian dari
peribahasa di atas tentu dapat menghasilkan kehidupan masyarakat yang aman dan
tentram, berkumpul bersama, berbagi masalah, berbagi makanan sampai berbagi
pekerjaan. Stiap hari ada suara anak-anak yang sedang bercengkrama dengan
teman-teman sebayanya, ibu-ibu sedang memasak bersama dengan berbagi resep,
para kepala rumah tangga sedang gotong-royong membantu pembongkaran rumah salah
satu warga.
Tentu saja sangat indah
dan membuat siapapun iri melihat kebersamaan masyarakat yang demikian, namun
semua itu mungkin hanya sebuah wacana dan angan belaka, karena seiring
berjalannya waktu, mengikuti perkembangan zaman yang ada semua aplikasi dari
peribahasa tersebut semakin hari semakin memudar. Faktanya dengan adanya
alat-alat yang canggih membuat sekat pembatas diantara masyarakat.
Dengan adanya sekat
tersebut membuat Interaksi dikalangan masyarakat bernilai 20. Karena kontak
sosial dan komunikasi anatar masyarakat semakin jarang dilakukan. Hanya karena
terdesak dan sangat membutuhkan pertolongan saja masyarakat mau menghubungi
tetangganya.
Apalagi dengan adanya
internet dan handphone yang canggih membuat masyarakat lupa bahwa dia memiliki
tetangga, bahkan terkadang dengan tetangganya sendiripun dia tidak kenal.
Karena kemudahan teknologi membuat masyarakat menjadi malas. Apapun yang mereka
lakukan dan mereka inginkan tingkal klik satu tombol langsung beres semua.
Contohnya saja, jika kita menginginkan suatu
barang tinggal klik beli maka transaksi pembelian pun terjadi tidak seperti
dulu yang mana kita harus pergi kepasar dan bertemu langsung dengan penjualnya
kemudian terjadilah transaksi jual-beli. Contoh yang lain dulu jika ingin
mengetahui kabar saudara yang letaknya jauh, kita harus menulis surat dan
mengirimnya lewat pos yang harus menunggu waktu hingga berhari-hari bahkan
berminggu-minggu untuk sampai kepada orang yang dikirimi surat, belum lagi
balasan surat tersebut. Namun sekarang dengan adanya handphone kita hanya
mengirim pesan singkat atau yang biasa disebut sms atau mungkin kita bisa
melakukan telfon bahkan kita juga bisa melakukan video call untuk mengetahui
keadaan saudara yang jauh, dan itupun kita langsung mendapat respons.Fenomena ini tidak terkecuali juga menjangkit banyuwangi yang mulai berkembang dibidang industri pariwisatanya. wisatawan-wisatawan yang baru berlibur dibanyuwangi tentu memiliki inisiatif untuk membawakan buah tangan untuk keluarga dirumah atau hanya sekedar kenang-kenangan. Namun, akan menjadi kurang berkesan ketika wisatawan tersebut hanya mengandalkan aplikasi smatphonenya untuk membeli barang atau makanan khas dari banyuwangi. hal ini yang menjadi salah satu inisiatif KKN Untag banyuwangi didesa Kemiren untuk membantu pemerintah desa kemiren untuk mendirikan suatu wadah bagi penjual-penjual kreatif banyuwangi atau dalam bahasa kerennya ArtShop.
kedepannya harapan dari munculnya ArtShop ini memudahkan wisatawan untuk mendapatkan buah tangan yang diinginkan, yang tentunya dapat berkesan karena langsung berinteraksi dengan para pengrajin atau pembuatnya.