Friday 1 June 2018

Pudarnya Interaksi Sosial di kalangan Masyarakat Indonesia


Kita tentu mengetahui bahwa masyarakat Indonesia terkenal dengan keramahan dan gotong royongnya. Tidak dapat di pungkiri pernyataan tersebut diatas memang benar. Bahkan masyarakat mancanegara yang pernah singgah di Indonesiapun mengatakan hal yang sedemikian.
Seperti yang telah digambarkan dalam sebuah peribahasa “berat sama di pikul, ringan sama dijinjing” yang memiliki arti bahwa masyarakat Indonesia memiliki anggapan bahwa jika pekerjaan di kerjakan bersama maka tidak akan menimbulkan rasa lelah, begitu juga jika berbagi kesedihan dan kesenangan bersama maka tidak akan menimbulkan rasa iri dan dengki.
Pengaplikasian dari peribahasa di atas tentu dapat menghasilkan kehidupan masyarakat yang aman dan tentram, berkumpul bersama, berbagi masalah, berbagi makanan sampai berbagi pekerjaan. Stiap hari ada suara anak-anak yang sedang bercengkrama dengan teman-teman sebayanya, ibu-ibu sedang memasak bersama dengan berbagi resep, para kepala rumah tangga sedang gotong-royong membantu pembongkaran rumah salah satu warga.

Tentu saja sangat indah dan membuat siapapun iri melihat kebersamaan masyarakat yang demikian, namun semua itu mungkin hanya sebuah wacana dan angan belaka, karena seiring berjalannya waktu, mengikuti perkembangan zaman yang ada semua aplikasi dari peribahasa tersebut semakin hari semakin memudar. Faktanya dengan adanya alat-alat yang canggih membuat sekat pembatas diantara masyarakat.
Dengan adanya sekat tersebut membuat Interaksi dikalangan masyarakat bernilai 20. Karena kontak sosial dan komunikasi anatar masyarakat semakin jarang dilakukan. Hanya karena terdesak dan sangat membutuhkan pertolongan saja masyarakat mau menghubungi tetangganya.
Apalagi dengan adanya internet dan handphone yang canggih membuat masyarakat lupa bahwa dia memiliki tetangga, bahkan terkadang dengan tetangganya sendiripun dia tidak kenal. Karena kemudahan teknologi membuat masyarakat menjadi malas. Apapun yang mereka lakukan dan mereka inginkan tingkal klik satu tombol langsung beres semua.
Contohnya saja, jika kita menginginkan suatu barang tinggal klik beli maka transaksi pembelian pun terjadi tidak seperti dulu yang mana kita harus pergi kepasar dan bertemu langsung dengan penjualnya kemudian terjadilah transaksi jual-beli. Contoh yang lain dulu jika ingin mengetahui kabar saudara yang letaknya jauh, kita harus menulis surat dan mengirimnya lewat pos yang harus menunggu waktu hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk sampai kepada orang yang dikirimi surat, belum lagi balasan surat tersebut. Namun sekarang dengan adanya handphone kita hanya mengirim pesan singkat atau yang biasa disebut sms atau mungkin kita bisa melakukan telfon bahkan kita juga bisa melakukan video call untuk mengetahui keadaan saudara yang jauh, dan itupun kita langsung mendapat respons.
Fenomena ini tidak terkecuali juga menjangkit banyuwangi yang mulai berkembang dibidang industri pariwisatanya. wisatawan-wisatawan yang baru berlibur dibanyuwangi tentu memiliki inisiatif untuk membawakan buah tangan untuk keluarga dirumah atau hanya sekedar kenang-kenangan. Namun, akan menjadi kurang berkesan ketika wisatawan tersebut hanya mengandalkan aplikasi smatphonenya  untuk membeli barang atau makanan khas dari banyuwangi. hal ini yang menjadi salah satu inisiatif KKN Untag banyuwangi didesa Kemiren untuk membantu pemerintah desa kemiren untuk mendirikan suatu wadah bagi penjual-penjual kreatif banyuwangi atau dalam bahasa kerennya ArtShop
kedepannya harapan dari munculnya ArtShop ini memudahkan wisatawan untuk mendapatkan buah tangan yang diinginkan, yang tentunya dapat berkesan karena langsung berinteraksi dengan para pengrajin atau pembuatnya. 

Desa Adat Osing "Kemiren"



Desa Kemiren adalah salah satu Desa Adat di Banyuwangi. Desa wisata ini terletak di Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Desa Kemiren terkenal dengan kebudayaan Osing yang kental, dimana pemerintah pun menetapkan sebagai cagar budaya dan pengembangan Desa Wisata Suku Osing.
Dari sejarah diceritakan bahwa masyarakat desa Kemiren berasal dari orang-orang yang mengasingkan diri dari Kerajaan Majapahit, di masa keruntuhan terakhir tahun 1478 M. Masyarakat yang mengasingkan diri tersebut juga tersebar di wilayah Gunung Bromo (Suku Tengger) di Kabupaten Probolinggo dan beberapa lari ke Pulai Bali. Mereka yang tinggal dan menetap di Banyuwangi akhirnya mendirikan kerajaan Blambangan dengan corak budaya Hindu รข€“ Buddha, sama seperti Majapahit.
Kerajaan Blambangan itupun berkuasa selama 200 tahun sebelum jatuh ke kekuasaan kerajaan Islam Mataram, tahun 1743 M. Sampai saat ini, beberapa penduduk yang ada di desa Kemiren masih melakukan beberapa kebiasaan dan kultur yang sama sejak jaman nenek moyang mereka. Salah satunya bisa dilihat dari cara mereka bercocok tanam. Masyarakat desa Kemiren menggelar tradisi selamatan sejak menanam benih, saat padi mulai berisi, hingga panen. Saat masa panen tiba, petani menggunakan ani-ani diiringi tabuhan angklung dan gendang yang dimainkan di pematang-pematang sawah. Saat proses menumbuk padi pun, para wanita memainkan tradisi Gedhogan, yakni proses memukul-mukul lesung dan alu sehingga menimbulkan bunyi layaknya musik instrumental.

Setelah ditetapkan menjadi Desa Wisata Using, tahun 1995 Bupati Purnomo Sidik membangun anjungan wisata yang terletak di utara desa. Anjungan ini dikonsep menyajikan miniatur rumah-rumah khas Using, mempertontonkan kesenian warga setempat, dan memamerkan hasil kebudayaan. 
Di tempat rekreasi dibangun fasilitas wisata seperti kolam renang, tempat bermain, dan tentu saja ada bangunan rumah khas masyarakat Osing serta bangunan museum modern yang mamajang berbagai perlengkapan dan pernik budaya Osing. Cukup dengan uang Rp 5.000 untuk tiket masuk, wisatawan bisa menikmati fasilitas rekreasi sepuasnya.
Wisata Desa Adat Kamiren ini juga penuh dengan atraksi. Salah satunya adalah Barong Osing. Barong berciri khas sebagai wujud Singa bersayap dan bermahkota yang juga bisa dilihat Singa bersayap di Paduraksa cungkup makam Sunan Drajat,hewan ajaib,angker,mata melotot,bertaring,dagu bergerak dan dimainkan oleh dua orang.
Desa Adat Kemiren Banyuwangi menawarkan eksplorasi budaya lokal yang sangat menarik untuk dicoba. Jadi, berwisata ke Banyuwangi juga bisa sebagai bentuk melestarikan budaya. Di acara ini semua pengujung terpukau Ritual Barong Ider Bumi di desa Kemiren.
Berikut kebudayaan yang dilestarikan di Wisata Desa Adat Kamiren : Sanggar Genjah Arum Sanggar ini ibarat sebuah museum yang berada di Desa Adat Kemiren Banyuwangi. Tempat tersebut milik pribadi yang dikelola oleh seorang pengusaha untuk melestarikan kebudayaan tradisional Banyuwangi. Masuk ke dalam sanggar ini akan membawa pengunjung serasa kembali ke Banyuwangi di masa lampau. Di sana ada tujuh rumah adat yang usianya sudah sangat tua  dan juga beberapa ornamen kuno yang membuat suasana tempo dulu semakin terasa kental. Angklung Paglak adalah sebutan untuk sebuah gubuk kecil yang dibuat dari bambu dengan atap ijuk.
Berbeda dengan gubuk kebanyakan, paglak dibangun setinggi 10 meter dari tanah dengan menggunakan empat batang bambu sebagai penyangganya. Angklung paglak adalah permainan musik yang dilakukan di atas gubuk tersebut. Seni musik ini menjadi salah satu adat kebudayaan yang dilestarikan di Desa Adat Kemiren Banyuwangi hingga sekarang.

Tari Gandrung Pesona budaya lain yang bisa ditemui di Desa Adat Kemiren Banyuwangi adalah pertunjukan Tari Gandrung yang sangat mempesona. Sambil bersantai di Sanggar Genjah Arum, pengunjung akan dimanjakan oleh penari yang menghibur.

itulah sekilas mengenai desa Adat Osing Kemiren yang ada dibanyuwangi. jangan lupa untuk tetap pantau blog saya untuk mengetahui lebih banyak tentang Banyuwangi.
Ayo ke Banyuwangi, Banyuwangi Asik lur...

Taman Nasional Alas Purwo, Surganya Konservasi

Banyak orang disekitar kita yang menganggap bahwa Alas Purwo memiliki cerita-cerita mistis yang biasa digunakan tempat pertapaan dan lain sebagainya. Hal ini menjadikan masyarakat menjadi khawatir dan bahkan takut untuk datang ke alas purwo. padahal dibalik cerita-cerita itu Alas Purwo memiliki kekayaan alam yang sangat disayangkan jika ahli konservasi tidak pernah  mendatanginya.


Alas purwo yang terletak dibagian selatan kab. banyuwangi ini menyimpan banyak sekali keanekaragaman flora dan fauna. Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan hutan yang mempunyai berbagai macam tipe ekosistem yang tergolong utuh di Pulau Jawa. Ekosistem yang dimiliki mulai dari pantai (hutan pantai) sampai hutan hujan  dataran rendah, hutan mangrove, hutan bambu, savana dan hutan tanaman

Keanekaragaman jenis flora darat di kawasan Taman Nasional Alas Purwo termasuk tinggi. Diketahui lebih dari 700 jenis tumbuhan mulai dari tingkat tumbuhan bawah sampai tumbuhan tingkat pohon dari berbagai tipe/formasi vegetasi.  Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo kecik (Manilkara kauki). Selain itu tumbuhan yang sering dijumpai yaitu ketapang (Terminalia catapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica), dan 10 jenis bambu.

Disamping kaya akan jenis-jenis flora, Taman Nasional Alas Purwo juga kaya akan jenis-jenis fauna daratan, baik kelas mamalia, aves dan herpetofauna (reptil dan amfibi). Ditemukan 50 jenis mamalia di Taman Nasional Alas Purwo. Beberapa jenis mamalia yang dijumpai di kawasan TNAP yaitu banteng (Bos javanicus), rusa (Cervus timorensis), ajag (Cuon alpinus), babi hutan (Sus scrofa), kijang (Muntiacus muntjak), macan tutul (Panthera pardus), lutung (Tracypithecus auratus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) jelarang (Ratufa bicolor), rase (Vivericula indica), linsang (Prionodon linsang), luwak (Paradoxurus hermaprhoditus), garangan (Herpestes javanicus) dan kucing hutan (Felis bengalensis).



Untuk aves ditemukan 302 jenis burung. Beberapa jenis burung yang mudah dilihat diantaranya Elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), Elang ular bido (Spilornis cheela), ayam hutan hijau (Galus varius),ayam hutan merah (Gallus gallus), kuntul kecil (Egreta garzeta), mentok rimba (Cairina scutulata), rangkong badak (Buceros rhinoceros), merak hijau (Pavo muticus), dara laut jambul (Sterna bergii) dan cekakak jawa (Halcyon cyanoventris).

Herpetofauna terdiri dari kelas amfibi dan reptil. Sampai saat ini tercatat ditemukan 63 jenis herpetofauna yang terdiri 15 jenis amfibi dan 48 jenis reptil. Diantara jenis yang ditemukan terdapat 6 jenis reptil yang dilindungi yaitu penyu lekang/ abu-abu (Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), biawak abu-abu (Varanus nebulosus) dan ular sanca bodo (Python molurus).
Terdapat banyak lokasi obyek dan daya tarik wisata di dalam taman nasional, diantaranya beberapa pantai yang unik dan potensial seperti ombak yang cocok untuk olah raga surfing, pantai tempat peneluran penyu, pantai yang berpasir putih, terumbu karang serta laguna yang dipenuhi burung migran pada musim-musim tertentu.
Plengkung yang berada di bagian selatan Taman Nasional Alas Purwo telah dikenal oleh para perselancar tingkat dunia dengan sebutan G-Land. Sebutan G-land dapat diartikan, karena letak olahraga selancar air tersebut berada di Teluk Grajagan yang menyerupai huruf G. Ataupun letak Plengkung berada tidak jauh dari hamparan hutan hujan tropis yang terlihat selalu hijau (green-land). Plengkung termasuk empat lokasi terbaik di dunia untuk kegiatan berselancar dan dapat disejajarkan dengan lokasi surfing di Hawai, Australia, dan Afrika Selatan.

Sekian sedikit pemaparan dari pesona konservasi Taman nasional Alas Purwo. Terimakasih...

Saturday 19 May 2018

Taman Nasional Baluran sebagai Afrika nya Jawa



Alam Indonesia benar-benar menyediakan banyak kebutuhan yang diinginkan oleh para pecinta alam dan penikmat keindahan. Misalnya, ingin menikmati padang savana yang asli bukan buatan seperti di Afrika. Jika memang belum ada duit untuk meluncur pergi jauh-jauh ke Afrika, orang Jawa tidak perlu lagi gigit jari berlama-lama karena alam Indonesia sudah menyediakan dengan segala keindahannya.
Kawan-kawan pecinta alam dan pecinta keindahan bisa langsung mengunjungi Banyuwangi, suatu kota di ujung jawa timur. Banyuwangi memiliki dua Padang Savana sekaligus yang terdapat di dua tempat, yaitu Savana Sadengan yang berada di kawasan Taman Nasional Alas Purwo dan yang ke dua di Taman Nasional Baluran.
Namun, pada postingan kali ini akan lebih banyak membahas mengenai savana yang ada di Taman Nasional Baluran.


Taman Nasional Baluran (TNB) terletak di Desa Wonorejo, Kec. Banyuputih, kab. Situbondo. Mungkin Masyarakat luas lebih mengetahui Bahwa Baluran terletak di Kabupaten Banyuwangi, hal tersebut karena memang letak Taman Nasional Baluran berada di perbatasan Banyuwangi-Situbondo dan lebih dekat dengan Banyuwangi.



Baluran mendapat julukan  Africa Van Java atau Little Africa. Julukan tersebut memang sangat pantas, karena di dalam TNB terdapat padang Savana yang sangat luas dengan banyak satwa liarnya. Banteng, rusa, ular, kerbau, monyet ekor panjang yang lumayan buas, kerbau dan burung meraj yang indah, semua ada di Baluran. Keberadaan satwa liar ini menjadi ciri khas kawasan konservasi Taman Nasional Baluran.

Nama Baluran di ambil dari nama gunung yang berada di kawasan ini yaitu gunung Baluran yang tampak berdiri kokoh dan menjadi latar yang indah. Luas Taman Nasional Baluran  25 ribu hektare dengan memiliki beberapa jenis hutan, satwa dan tumbuhan dan 40%nya adalah Vegetasi savana. Baluran juga disebut sebagai miniatur hutan Indonesia karena hampir seluruh tipe hutan ada di Baluran. Di dalamnya terdapat Vegetasi Savana, hutan Mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun.



Setelah melewati gerbang TN Baluran, pengunjung akan memasuki kawasan hutan hijau sepanjang tahun atau lebih dikenal dengan sebutan hutan ‘evergreen’ sejauh kurang lebih 5 km. Hutan evergreen selalu hijau dan tidak pernah kering karena berada di wilayah cekungan di mana terdapat sungai bawah tanah. Yang menjadi idaman adalah ketika melewati evergreen serasa melewati terowongan hijau karena pepohonan tampak rapat dan daunnya tumbuh lebat.
Setelah melewati hutan Evergreen, pengunjung akan tiba di kawasan yang tak kalah menakjubkan yaitu padang savana bekol. Bekol merupakan padang savana yang sangat luas dan indah, serta di dukung dengan pemadangan gunung baluran. Savana bekol sendiri memiliki luas  sekitar 300 Ha dari total 10 Ha luas  Savana di Baluran, yang juga merupakan Savana terluas di Pulau Jawa.

Saat musim penghujang, Bekol akan menyuguhkan hamparan hijau dan sejuk. Namun saat musim kemarau, Bekol akan terlihat kering dan berubah warna menjadi kecoklatan, tidak hanya bekol berlaku juga untuk semua tipe hutan di Baluran biasanya juga rawan kebakaran. Fenomena ini membuat Bekol memiliki kemiripan dengan pemandangan di gurun Afrika. Dari sinilah kemudian dijuluki Afrikan Van Java bagi Baluran.

Pengunjung juga akan dijumpai oleh satwa liar yang kerap menampakkan diri dalam waktu yang lama atu singkat. Biasanya segerombol rusa liar akan melintas di jalur kendaraan dan juga yang tidak pernah luput dari pemandangan adalah monyet ekor panjang. Monyet adalah satwa liar yang suka menganggu pengunjung dan akan meminta makanan. Selain monyet dan rusa, dari kejauhan segerombol banteng juga akan menampakkan diri. Yang paling jarang ditemuai adalah burung merak, namun jika pengunjung beruntung maka akan bisa melihat burung merak dengan keindahan ekornya.
Setelah melintasi padang savana yang cukup panjang, pengunjung akan menjumpai sebuah pantai yang bernama pantai Bama yang jaraknya kurang lebih 4 km dari padang savana Baluran.
Memasuki kawasan pantai Bama, pengunjung akan disambut oleh monyet yang sangat banyak dan liar. Pantai Bama memiliki fasilitas yang lengkap, terdapat kantor, gudang, mushola dan kamar mandi umum. Juga terdapat dua buah bangunan penginapan dan kantin. Selain itu, terdapat pula area permainan outbond.

Itu tadi sedikit pemaparan dari pesona afrikanya jawa alias Baluran... sampai ketemu diartikel-artikel selanjutnya.☺☺ 

Saturday 18 April 2015

Ujung Timur Pulau Jawa punya Sejarah "BANYUWANGI"



Assalamu'alaikum wr.wb

pada blog pertama yang saya buat ini mengenai Sejarah Kab.Banyuwangi , ok langsung sahaja lur.. :D


Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya.
“Kemana seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya. “Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita.
“Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang. “Saya manusia,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. “Tuangku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. “ Begitukah balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya.
Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya. Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan.
“Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolah!”. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!” seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.
Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.
Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.


yahh begitulah asal mula nama kota / tepatnya kabupaten BANYUWANGI . sudah saatnya kita tau cerita mengenai legenda2 nenek moyang kita, semoga bermanfaat ... 
wassalamu'alaikum wr.wb

Pudarnya Interaksi Sosial di kalangan Masyarakat Indonesia

Kita tentu mengetahui bahwa masyarakat Indonesia terkenal dengan keramahan dan gotong royongnya. Tidak dapat di pungkiri pernyataan terseb...